Makalah
Perawatan
Luka Perineum, Ganti Balutan, dan Angkat Jahitan
Dosen
Pembimbing : Bu Nurul
Kelas
: C
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Ella
Laila Riskiyah (1211010103)
2. Elok
Hofiah (1211010104)
3. Estoffi
Nihayatul Q (1211010106)
4. Efa
Try Novia Sarti (1211010107)
5. Fala
Deviyana (1211010108)
6. Fenny
Izza Amalia (1211010109)
7. Fitriya (1211010110)
8. Hindun
Wasaynab DCS (1211010111)
PROGRAM STUDY D3
KEBIDANAN
POLTEKKES MAJAPAHIT
MOJOKERTO 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas
rahmat dan hidayah-Nya serta atas bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang
diberikan oleh-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah dengan
judul “Perawatan Luka Perineum, Ganti Balutan, dan Angkat Jahitan” dengan baik
dan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Penyusunan makalah ini sebagai
wujud pertanggung jawaban kami sebagai mahasiswa atas pelajaran yang telah kami
jalani.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil pencarian
kami. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada
rekan-rekan yang telah memberikan saran, masukan dan kritik kepada kami untuk
menyelesaikan Makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada Bapak dan Ibu Dosen kami yang telah membimbing dan memberikan konsep,
pemikiran dan inspirasi bagi kami.
Akhir kata semoga Makalah “Perawatan Luka Perineum,
Ganti Balutan , dan Angkat Jahitan “ ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca
dan memahami dari Makalah ini. Kami
sangat mengharapkan saran, kritik dan masukan dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah kami ini.
Hormat
kami,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...…………...….…...
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang…………………………………………...………………………...... 1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………..………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perawatan Luka Perineum.….…………………………………………… 2
2.2 Tujuan Perawatan Luka Perinium………………………….…………….………..…
2
2.3
Bentuk
Luka Perineum………………………………………….……….…………..2 2.4 LingkupPerawatan……………………………………………………………….….. .4 2.5 WaktuPerawatan…………………………………………..…………..….…………...4
2.6 Penatalaksanaan…………………………………………………………………….…5
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum……………………………………8
2.8 Dampak Dari Perawatan Luka
Perinium……………………………………………...9
2.9 Ganti Balutan …………………….………………………………………………….10
2.10 Angkat
Jahitan …………………………..…………………………………………13
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..….…………. 15
3.2 Saran…………………………………………………………….……….…... …….15
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………….…… ……..16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Ibu
yang bersalin secara normal, beberapa ada yang tidak mengalami robekan karena
jalan lahirnya cukup elastis ketika dilalui bayi saat proses persalinan. Namun
ada ibu yang memerlukan bantuan dokter maupun bidan untuk memperlebar jalan
lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan di daerah perineum yakni
jaringan otot antara anus dan vagina. Pengguntingan jaringan otot perineum ini
disebut tindakan episiotomi.
Setelah
selesai persalinan, maka dokter atau bidan akan menjahit dan menyatukan kembali
luka tersebut sedemikian rupa agar nantinya sembuh dengan sempurna. Untuk
mempercepat pemulihan luka tersebut diperlukan perawatan yang benar.
Perawatan
luka bekas jahitan sangatlah penting karena luka bekas jahitan jalan lahir ini
dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas,
luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari
jalan lahir (vagina)
Robekan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dan biasanya, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum frensia suboksipito-bregmatika.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dan biasanya, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum frensia suboksipito-bregmatika.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Pengertian
Perawatan Luka Perineum ?
2. Bagaimana
Cara Ganti Balutan ?
3. Bagaimana
Cara Angkat Jahitan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Perawatan Luka Perineum
Perawatan
adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial
dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum
adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis,
2001). Jadi perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara
kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil ( Anonimity, 2009 ).
2.2 Tujuan Perawatan Luka Perinium
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus
2. Untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perineum)
3. Untuk kebersihan perineum dan Vulva
Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus.
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus
2. Untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perineum)
3. Untuk kebersihan perineum dan Vulva
Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus.
2.3
Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka
perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1.
Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang
diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala
janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya
tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.
(Hamilton, 2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk
memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi
(Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan
vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi
perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi
epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral.
Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah
besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek,
2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan
rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior
Gambar 1. Tipe-Tipe Episiotomi
2.4 Lingkup
Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan
infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri
pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan
perineum adalah
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada
jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang
menjadi sumber bakteri dan bau.
2.5 Waktu
Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada
saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula
pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada
saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada
saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang
letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum
secara keseluruhan.
2.6 Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan
posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki
terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau
shower air hangat dan handuk kering dan bersih.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru, celana
dalam yang bersih dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
Cara perawatan luka tersebut, yaitu:
1. Lepas semua pembalut dan cebok dari
arah depan ke belakang
2. Waslap dibasahi dan buat busa sabun
lalu gosokkan perlahan waslap yang sudah ada busa sabun tersebut ke
seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak
dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan
menjadi tempat kuman berkembang biak.
3. Bilas dengan air hangat dan ulangi
sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat
dengan cermin kecil.
4. Setelah luka bersih boleh berendam
dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa
melakukan perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air hangat.
5. Kenakan pembalut baru yang bersih
dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan
celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
6. Segera mengganti pembalut jika
terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat
sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar setiap kali ibu buang air kecil
atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.
7. Konsumsi makanan bergizi dan
berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa
diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang
makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi.
8. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik
cair tanpa seijin dokter atau bidan.
9. Lakukan senam nifas.
Yaitu senam untuk ibu setelah melahirkan, boleh mengangkat
kaki saat tiduran secara bergantian. Kaki diangkat satu persatu secara
bergantian mulai setinggi 45˚ sampai 90˚. Perbanyak latihan jalan dengan
posisi badan lurus jangan membungkuk. Boleh jongkok pelan–pelan. Jangan kuatir
jahitan akan lepas karena jahitan sangat kuat. Lepas karena ibu tidak rajin
membersihkan luka jahitan sehingga terjadi infeksi. Atau pada beberapa kasus
yang sangat jarang ibu alergi benang jahitan tersebut.Luka jahitan rata – rata
akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu minggu.
Keluhan yang memerlukan penanganan tenaga medis bila keluar
darah kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan
bengkak kemerahan terasa sangat nyeri atau luka jahitan bernanah.
3.
Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan
adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada luka jahitan :
1. Luka jahitan memang akan terasa sedikit nyeri
Jangan
cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot ,
namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya
berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses
penyenbuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.
2. Luka terlihat sedikit bengkak dan
merah
Pada
proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan memproduksi zat – zat yang
merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam proses penyembuhan
luka kadang terjadi sedikit pembengkakan dan kemerahan. Asalkan luka bersih ibu
tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini bersifat sementara.
Beberapa
keluarga masih ada yang menganjurkan untuk mengurangi minum air putih agar
jahitan cepat kering. Hal ini sama sekali tidak dibenarkan. Justru ibu harus
minum yang banyak, minimal 8 gelas sehari untuk memperlancar buang air
kecil, mengganti cairan tubuh yang hilang dan memperlancar proses pengeluaran
ASI.
Sebagai
pengetahuan tambahan yang perlu kita ketahui adalah tingkatan luka
jalan lahir atau robekan Perineum.
Robekan
pada luka perineum ini sebenarnya ada beberapa tingkatan, yakni secara
sederhana dapat di jelaskan sebagai berikut :
Jahitan
pada robekan jahitan jalan lahir tingkat 1, yakni jahitan yang hanya
menyatukan kulit luar yang robek, lalu yang berikut jahitan pada robekan jalan
lahir tingkat II, yang menyatukan kulit dan jaringan otot (ini yang
paling sering terjadi), dan terakhir adalah jahitan yang menyatukan robekan
jalan lahir tingkat III yang robek sampai dubur. Sehingga secara khusus
ada sedikit perbedaan perawatan dan masa penyembuhan. Secara umum luka jahitan
tingkat kedua lebih banyak dialami.
2.7 Faktor
yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
1. Gizi
Faktor
gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka
pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
2. Obat-obatan
a. Steroid : Dapat menyamarkan
adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal.
b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan
hemoragi.
c. Antibiotik spektrum luas /
spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi
spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak
efektif karena koagulasi intrvaskular.
3. Keturunan
Sifat
genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka.
Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi
insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat
terjadi penipisan protein-kalori.
4. Sarana prasarana
Kemampuan
ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat
mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan
antiseptik.
5. Budaya dan Keyakinan
Budaya
dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak
telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat
mempengaruhi penyembuhan luka.
2.8 Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini
1. Infeksi
Kondisi
perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan
bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya
infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada
jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung
kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kematian ibu post partum
Penanganan
komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post
partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).
2.9 Ganti Balutan
Mengganti
balutan yang kotor dengan balutan yang bersih
Tujuan
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. Menurunkan pergerakan dan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
Indikasi :
Pada balutan yang sudah kotor
Kontra Indikasi :
1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme dapat hidup
2. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
Persiapan Alat :
1) Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 1 buah
b. Pinset sirugis 1 buah
c. Gunting bedah/jaringan 1 buah
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f. sarung tangan 1 pasang
g. korentang/forcep
2) Alat-alat tidak steril
a. Gunting verban 1 buah
b. Plester
c. Pengalas
d. Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
e. Nierbeken 2 buah
f. Kapas alcohol
g. Aceton/bensin
h. Sabun cair anti septik
i. NaCl 9 %
j. Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
k. Sarung tangan 1 pasang
l. Masker
m. Air hangat (bila dibutuhkan)
n. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
Pelaksanaan :
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area luka
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. ( Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan berlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
13. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
14. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
15. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
17. Menutup luka dengan cara:
a. Balutan kering
1) lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling kulit
2) lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
3) lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
b. Balutan basah – kering
1) lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau anti mikkrobial untuk menutupi area luka
2) lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
3) lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
c. Balutan basah – basah
1) lapisan pertama kassa steril yang telah dilembabkan dengan cairan fisiologik untuk menutupi area luka
2) lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
3) lapisan ketiga (lapisan paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan fisiologik
18. Plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
20. Lepaskan masker
21. Atur dan rapikan posisi pasien
22. Buka sampiran
23. Evaluasi keadaan umum pasien
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
25. perawat cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
a. Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan jangan terlalu erat, hal ini untuk mencegah terjadinya pembendungan. Contoh pada kaki dan tangan
b. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh : untuk menjaga agar luka jangan terkontaminasi, untuk merapatnya luka, atau untuk menghentikan perdarahan
c. Menggunting plester jangan terlalu panjang/ terlalu pendek
d. Pembalut yang kotor/ basah segera diganti. Pada luka operasi tanpa drain sampai angkat jahitan ( minimal 5 hari ), pembalut yang tepat berada di atas luka tidak boleh diganti. Jadi bila pembalut kotor/ basah hanya bagian atasnya saja yang diganti, atau pembalut diganti sesuai dengan instruksi dokter
e. Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau kotoran – kotoran yang lain untuk menetukan kapan drain dapat diangkat
f. Memperhatikan komplikasi luka operasi, contoh haematom, adanya pus, pengerasan, perdarahan, kemerahan atau lecet – lecet pada kulit sekitarnya
Tujuan
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. Menurunkan pergerakan dan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
Indikasi :
Pada balutan yang sudah kotor
Kontra Indikasi :
1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme dapat hidup
2. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.
Persiapan Alat :
1) Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 1 buah
b. Pinset sirugis 1 buah
c. Gunting bedah/jaringan 1 buah
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f. sarung tangan 1 pasang
g. korentang/forcep
2) Alat-alat tidak steril
a. Gunting verban 1 buah
b. Plester
c. Pengalas
d. Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
e. Nierbeken 2 buah
f. Kapas alcohol
g. Aceton/bensin
h. Sabun cair anti septik
i. NaCl 9 %
j. Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
k. Sarung tangan 1 pasang
l. Masker
m. Air hangat (bila dibutuhkan)
n. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
Pelaksanaan :
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area luka
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. ( Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan berlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
13. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
14. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
15. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
17. Menutup luka dengan cara:
a. Balutan kering
1) lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling kulit
2) lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
3) lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
b. Balutan basah – kering
1) lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau anti mikkrobial untuk menutupi area luka
2) lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
3) lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
c. Balutan basah – basah
1) lapisan pertama kassa steril yang telah dilembabkan dengan cairan fisiologik untuk menutupi area luka
2) lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
3) lapisan ketiga (lapisan paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan fisiologik
18. Plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
20. Lepaskan masker
21. Atur dan rapikan posisi pasien
22. Buka sampiran
23. Evaluasi keadaan umum pasien
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
25. perawat cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
a. Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan jangan terlalu erat, hal ini untuk mencegah terjadinya pembendungan. Contoh pada kaki dan tangan
b. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh : untuk menjaga agar luka jangan terkontaminasi, untuk merapatnya luka, atau untuk menghentikan perdarahan
c. Menggunting plester jangan terlalu panjang/ terlalu pendek
d. Pembalut yang kotor/ basah segera diganti. Pada luka operasi tanpa drain sampai angkat jahitan ( minimal 5 hari ), pembalut yang tepat berada di atas luka tidak boleh diganti. Jadi bila pembalut kotor/ basah hanya bagian atasnya saja yang diganti, atau pembalut diganti sesuai dengan instruksi dokter
e. Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau kotoran – kotoran yang lain untuk menetukan kapan drain dapat diangkat
f. Memperhatikan komplikasi luka operasi, contoh haematom, adanya pus, pengerasan, perdarahan, kemerahan atau lecet – lecet pada kulit sekitarnya
2.10
Angkat Jahitan
Suatu tindakan melepaskan jahitan
yang biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang
terjadi).
Tujuan :
a. Mempercepat proses penyembuhan luka
b. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
Persiapan alat :
a. Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten, kasa dalam bak instrumen steril
b. Bengkok berisi lisol 2-3 %
c. Kapas balut
d. Korentang
e. Gunting plester
f. Plester
g. Bensin
h. Alcohol 70 %
i. Bethadin 10 %
j. Kantung balutan kotor/bengkok kosong
Prosedur pelaksanaan :
a. Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d. Mencuci tangan
e. Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f. Membuka set angkat jahitan secara steril
g. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor.
h. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i. Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan betadhin solution 10%.
j. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l. Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m. Merapikan pasien
n. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o. Mencuci tangan
p. Mencatat pada catatan perawatan.
Tujuan :
a. Mempercepat proses penyembuhan luka
b. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
Persiapan alat :
a. Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten, kasa dalam bak instrumen steril
b. Bengkok berisi lisol 2-3 %
c. Kapas balut
d. Korentang
e. Gunting plester
f. Plester
g. Bensin
h. Alcohol 70 %
i. Bethadin 10 %
j. Kantung balutan kotor/bengkok kosong
Prosedur pelaksanaan :
a. Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d. Mencuci tangan
e. Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f. Membuka set angkat jahitan secara steril
g. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor.
h. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i. Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan betadhin solution 10%.
j. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l. Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m. Merapikan pasien
n. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o. Mencuci tangan
p. Mencatat pada catatan perawatan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pada
saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini.
Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka
ini berkaitan dengan perubahan profil pasien.
3.2 Saran
Dengan
demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan,
evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang
sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bobak, K.
Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Dudley HAF, Eckersley JRT,
Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan
Medik dan Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri
Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses
menghadapi Operasi. Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar