Senin, 29 Januari 2018

Makalah
Perawatan Luka Perineum, Ganti Balutan, dan Angkat Jahitan
Dosen Pembimbing : Bu Nurul




Hasil gambar untuk stikes poltekkes majapahit mojokerto





Kelas : C
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1.      Ella Laila Riskiyah                (1211010103)
2.      Elok Hofiah                           (1211010104)
3.      Estoffi Nihayatul Q               (1211010106)
4.      Efa Try Novia Sarti               (1211010107)
5.      Fala Deviyana                        (1211010108)
6.      Fenny Izza Amalia                (1211010109)
7.      Fitriya                                    (1211010110)
8.      Hindun Wasaynab DCS        (1211010111)


PROGRAM STUDY D3 KEBIDANAN

POLTEKKES MAJAPAHIT MOJOKERTO 2013



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya serta atas bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang diberikan oleh-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan sebuah makalah dengan judul “Perawatan Luka Perineum, Ganti Balutan, dan Angkat Jahitan” dengan baik dan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Penyusunan makalah ini sebagai wujud pertanggung jawaban kami sebagai mahasiswa atas pelajaran yang telah kami jalani.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil pencarian kami. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada rekan-rekan yang telah memberikan saran, masukan dan kritik kepada kami untuk menyelesaikan Makalah ini. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak dan Ibu Dosen kami yang telah membimbing dan memberikan konsep, pemikiran dan inspirasi bagi kami.
Akhir kata semoga Makalah “Perawatan Luka Perineum, Ganti Balutan , dan Angkat Jahitan “ ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca dan memahami dari Makalah ini. Kami sangat mengharapkan saran, kritik dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah kami ini.

Hormat kami,
Penyusun






i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...…………...….…... ii
BAB I PENDAHULUAN
            1.1  Latar Belakang…………………………………………...………………………...... 1
            1.2 Rumusan Masalah…………………………………………..………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perawatan Luka Perineum.….…………………………………………… 2
            2.2  Tujuan Perawatan Luka Perinium………………………….…………….………..… 2
2.3 Bentuk Luka Perineum………………………………………….……….…………..2 2.4 LingkupPerawatan……………………………………………………………….….. .4                   2.5 WaktuPerawatan…………………………………………..…………..….…………...4
2.6 Penatalaksanaan…………………………………………………………………….…5
2.7  Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum……………………………………8
2.8 Dampak Dari Perawatan Luka Perinium……………………………………………...9
2.9 Ganti Balutan …………………….………………………………………………….10
2.10 Angkat Jahitan …………………………..…………………………………………13
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan…………………………………………………………..….…………. 15
            3.2  Saran…………………………………………………………….……….…... …….15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…… ……..16



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Ibu yang bersalin secara normal, beberapa ada yang tidak mengalami robekan karena jalan lahirnya cukup elastis ketika dilalui bayi saat proses persalinan. Namun ada ibu yang memerlukan bantuan dokter maupun bidan untuk memperlebar jalan lahir dengan dilakukan pengguntingan jaringan di daerah perineum yakni jaringan otot antara anus dan vagina. Pengguntingan jaringan otot perineum ini disebut tindakan episiotomi.
Setelah selesai persalinan, maka dokter atau bidan akan menjahit dan menyatukan kembali luka tersebut sedemikian rupa agar nantinya sembuh dengan sempurna. Untuk mempercepat pemulihan luka tersebut diperlukan perawatan yang benar.
Perawatan luka bekas jahitan sangatlah penting karena luka bekas jahitan jalan lahir ini dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina)
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dan biasanya, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum frensia suboksipito-bregmatika.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1)      Pengertian Perawatan Luka Perineum ?
2.      Bagaimana Cara Ganti Balutan ?
3.      Bagaimana Cara Angkat Jahitan ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perawatan Luka Perineum
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2001). Jadi perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil ( Anonimity, 2009 ).
2.2  Tujuan Perawatan Luka Perinium
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus
2. Untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perineum)
3. Untuk kebersihan perineum dan Vulva
Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus.
2.3 Bentuk Luka Perineum
       Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :
1.      Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior
http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/pp.jpg?w=300&h=259
Gambar 1. Tipe-Tipe Episiotomi
2.4 Lingkup Perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001).
Sedangkan menurut Hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.
2.5 Waktu Perawatan
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
3. Setelah buang air besar.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
2.6  Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk  kering dan bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru, celana dalam yang bersih dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
Cara perawatan luka tersebut, yaitu:
1.      Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang
2.      Waslap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan menjadi tempat kuman berkembang biak.
3.      Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar – benar bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.
4.      Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air hangat.
5.      Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
6.    Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.
7.      Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali  bila ada riwayat alergi.
8.      Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau bidan.
9.      Lakukan senam nifas.
Yaitu senam untuk ibu setelah melahirkan, boleh mengangkat kaki saat tiduran secara bergantian. Kaki diangkat satu persatu secara bergantian mulai setinggi  45˚ sampai 90˚. Perbanyak latihan jalan dengan posisi badan lurus jangan membungkuk. Boleh jongkok pelan–pelan. Jangan kuatir jahitan akan lepas karena jahitan sangat kuat. Lepas karena ibu tidak rajin membersihkan luka jahitan sehingga terjadi infeksi. Atau pada beberapa kasus yang sangat jarang ibu alergi benang jahitan tersebut.Luka jahitan rata – rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu minggu.

Keluhan yang memerlukan penanganan tenaga medis bila keluar darah kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan terasa sangat nyeri atau luka jahitan bernanah.
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada luka jahitan :
1. Luka jahitan memang akan terasa sedikit nyeri
Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot , namun semakin sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyenbuhan. Sirkulasi darah pada luka menjadi tidak lancar.
       2. Luka terlihat sedikit bengkak dan merah
Pada proses penyembuhan luka tubuh secara alami akan memproduksi zat – zat yang merupakan reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam proses penyembuhan luka kadang terjadi sedikit pembengkakan dan kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan merah ini bersifat sementara.
Beberapa keluarga masih ada yang menganjurkan untuk mengurangi minum air putih agar jahitan cepat kering. Hal ini sama sekali tidak dibenarkan. Justru ibu harus minum yang banyak, minimal 8 gelas sehari untuk memperlancar buang air kecil, mengganti cairan tubuh yang hilang dan memperlancar proses pengeluaran ASI.
Sebagai pengetahuan tambahan yang perlu kita ketahui adalah tingkatan luka jalan lahir  atau robekan Perineum.
Robekan pada luka perineum ini sebenarnya ada beberapa tingkatan, yakni secara sederhana dapat di jelaskan sebagai berikut :
Jahitan pada robekan jahitan  jalan lahir tingkat 1, yakni jahitan yang hanya menyatukan kulit luar yang robek, lalu yang berikut jahitan pada robekan jalan lahir tingkat II, yang menyatukan kulit dan jaringan otot  (ini yang paling sering terjadi), dan terakhir adalah jahitan yang menyatukan robekan jalan lahir tingkat III yang  robek sampai dubur. Sehingga secara khusus ada sedikit perbedaan perawatan dan masa penyembuhan. Secara umum luka jahitan tingkat kedua lebih banyak dialami.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
1. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein.
2. Obat-obatan
a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon inflamasi normal.
b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
c. Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
3. Keturunan
Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.
4. Sarana prasarana
Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.
5. Budaya dan Keyakinan
Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
2.8  Dampak Dari Perawatan Luka Perinium
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
2. Komplikasi
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.
3. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Suwiyoga, 2004).
2.9 Ganti Balutan
Mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih
 Tujuan
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. Menurunkan pergerakan dan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan

 Indikasi :
Pada balutan yang sudah kotor
Kontra Indikasi :
1. Pembalut dapat menimbulkan situasi gelap, hangat dan lembab sehingga mikroorganisme dapat hidup
2. Pembalut dapat menyebabkan iritasi pada luka melalui gesekan – gesekan pembalut.

 Persiapan Alat :
1)  Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 1 buah
b. Pinset sirugis 1 buah
c. Gunting bedah/jaringan 1 buah
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f. sarung tangan 1 pasang
g. korentang/forcep

2) Alat-alat tidak steril
a. Gunting verban 1 buah
b. Plester
c. Pengalas
d. Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
e. Nierbeken 2 buah
f. Kapas alcohol
g. Aceton/bensin
h. Sabun cair anti septik
i. NaCl 9 %
j. Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
k. Sarung tangan 1 pasang
l. Masker
m. Air hangat (bila dibutuhkan)
n. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah

Pelaksanaan :
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area luka
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan kearah balutan. ( Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan dengan berlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari kontaminasi dengan permukaan luar wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
13. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka dengan memperhatikan tehnik aseptic
14. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
15. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
17. Menutup luka dengan cara:
a. Balutan kering
1)  lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling kulit
2)  lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
3)  lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
b. Balutan basah – kering
1)  lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau anti mikkrobial untuk menutupi area luka
2)  lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
3)  lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
c. Balutan basah – basah
1) lapisan pertama kassa steril yang telah dilembabkan dengan cairan fisiologik untuk menutupi area luka
2)  lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
3)  lapisan ketiga (lapisan paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan fisiologik
18. Plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
20. Lepaskan masker
21. Atur dan rapikan posisi pasien
22. Buka sampiran
23. Evaluasi keadaan umum pasien
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
25. perawat cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan

 HAL – HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
a. Membalut harus rata, jangan terlalu longgar dan jangan terlalu erat, hal ini untuk mencegah terjadinya pembendungan. Contoh pada kaki dan tangan
b. Pembalut harus sesuai dengan tujuan, contoh : untuk menjaga agar luka jangan terkontaminasi, untuk merapatnya luka, atau untuk menghentikan perdarahan
c. Menggunting plester jangan terlalu panjang/ terlalu pendek
d. Pembalut yang kotor/ basah segera diganti. Pada luka operasi tanpa drain sampai angkat jahitan ( minimal 5 hari ), pembalut yang tepat berada di atas luka tidak boleh diganti. Jadi bila pembalut kotor/ basah hanya bagian atasnya saja yang diganti, atau pembalut diganti sesuai dengan instruksi dokter
e. Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau kotoran – kotoran yang lain untuk menetukan kapan drain dapat diangkat
f. Memperhatikan komplikasi luka operasi, contoh haematom, adanya pus, pengerasan, perdarahan, kemerahan atau lecet – lecet pada kulit sekitarnya
2.10 Angkat Jahitan
Suatu tindakan melepaskan jahitan yang biasanya di lakukan hari ke 5-7 (atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi).
Tujuan :
a. Mempercepat proses penyembuhan luka
b. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alenium
Persiapan alat :
a. Set angkat jahitan steril berisi pinset sirugis 2, anatomis 1, gunting hatting up, lidi waten, kasa dalam bak instrumen steril
b. Bengkok berisi lisol 2-3 %
c. Kapas balut
d. Korentang
e. Gunting plester
f. Plester
g. Bensin
h. Alcohol 70 %
i. Bethadin 10 %
j. Kantung balutan kotor/bengkok kosong
Prosedur pelaksanaan :
a. Memberi tahu dan menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
b. Mendekatkan alat ke dekat pasien
c. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
d. Mencuci tangan
e. Meletakkan set angkat jahit di dekat pasien atau di daerah yang mudah dijangkau.
f. Membuka set angkat jahitan secara steril
g. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan di masukkan kedalam kantong balutan kotor.
h. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas bensin
i. Mendesinfeksi sekitar luka operasi dengan alkohol 70% dan mengolesi luka operasi dengan betadhin solution 10%.
j. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara : menjepit simpul jahitan dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi lain yang tidak ada simpul.
k. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadin solution 10 %
l. Menutup luka dengan kasa steril kering dan di plester
m. Merapikan pasien
n. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada tempatnya
o. Mencuci tangan
p. Mencatat pada catatan perawatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien.
3.2  Saran
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis.










DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi. Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

0 komentar:

Posting Komentar

Cube Test

BTemplates.com

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Label 2

Popular Posts

Blog Archive